Senin, 06 April 2009

Soal dan Jawaban Ujian ERP

Soal Ujian Enterprise Resources Planning padaUniversitas Widyatama Bandung Program Magister Management Jurusan Enterpreneur

Soal 1
Salah satu pendorong pada perubahan proses bisnis adalah Michael E Porter, yang berkontribusi pada strategi perusahaan dan keunggulan bersaing. Porter secara konsisten berpendapat bahwa perusahaan harus menghindari penekanan berlebih pada efektivitas operasional, dimana Porter sendiri mendefinisikan keefektifan operasional adalah melakukan aktivitas yang sama namun lebih baik dibandingkan dengan perusahaan pesaing. Kemudian salah satu hasil dari pemikiran Porter untuk dapat berkompetisi adalah dengan lebih memfokuskan pada rantai nilai (Value Chain) dimana semua aktivitas yang sebelumnya secara tradisional dipandang sebagai silo-silo fungsional (misalkan Unit Finansial, Produksi, Marketing) harus merubah proses akan aktivitasnya mengikuti rantai nilai. Perubahan ini dipandang oleh beberapa perusahaan, cukup dengan merubah nama unit yang ada, misalkan unit pengadaan sampai dengan pergudangan dirubah menjadi Unit Suply Chain. Dalam kenyataannya keefektifan operasional masih dituntut untuk lebih tinggi lagi, bukannya pada proses penciptaan nilai.
  • Jelaskan permasalahan yang akan muncul dalam implementasi ERP dalam kerangka Functional Silos dan Value Chain Porter ?

  • Soal 2
    • Jelaskan posisi Opensources ERP jika dibandingkan dengan Packaged ERP (SAP, Oracle, Microsoft) jika digunakan pada organisasi ?

    • Soal 3
      • Jelaskan tahapan dalam implementasi ERP dalam sebuah perusahaan ?  

      • Jawaban Soal Ujian Enterprise Resources Planning pada

        Universitas Widyatama Bandung Program Magister Management Jurusan Enterpreneur.

        Jawaban Soal 1

        Permasalahan yang akan muncul dalam implementasi ERP  dalam kerangka Functional  Silos :

        a.    Memakan waktu

        b.    Mahal

        c.     Kesesuaian Modul

        d.    Kebergantungan pada Vendor

        e.    Fitur dan Kompleksitas

        f.     Skalabilitas dan Kompabilitas global

        g.    Pengembangan kemampuan

        Permasalahan yang akan muncul pada Value Chain, model value chain membagi aktivitas-aktivitas pada industri manufaktur menjadi dua kelompok besar yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Aktivitas utama adalah aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan pertambahan nilai atas produk utama industri tersebut. Aktivitas ini terdiri atas :

        a.    Inbound Logistics (Sourcing & Procurement)

        b.    Operations & Production

        c.     Outbond Logistics (Warehousing, Despatch & Delivery)

        d.    Sales and Marketing

        e.    Services

        Aktivitas-aktivitas tersebut sengaja diletakkan dalam urutan-urutan untuk memperlihatkan proses pertambahan nilai. Bahan baku untuk membuat produk dibeli dari para pemasok. Bahan baku ini, sebelum diolah, biasanya disimpan sementara (1) pada gudang-gudang penyimpanan. Pada proses ini telah terjadi pertambahan nilai atas bahan baku ketika berpindah dari pemasok ke tempat penyimpanan. Proses pengadaan bahan baku dari pemasok hingga disimpan dalam gudang disebut dengan inbound logistics. Kemudian bahan baku tersebut digunakan untuk memproduksi barang melalui serangkaian proses produksi (operation) (2) Selama proses ini nilai dari bahan baku tersebut terus bertambah. Setelah produk selesai dibuat,dilakukan serangkaian aktivitas hingga produk tersebut diterima oleh konsumen, yang meliputi pengemasan (packing),penyimpanan (storing) dan pengiriman (shipping). Rangkaian aktivitas ini disebut dengan outbond logistics (3) karena memerlukan dukungan jaringan transportasi dan manajemen peyimpanan dan distribusi. Selama proses ini juga terjadi pertambahan nilai atas produk tersebut. Agar produk dapat dinikmati oleh konsumen yang tepat,maka diperlukan aktivitas pemasaran dan penjualan (sales & marketing) (4) Nilai produk terus bertambah dengan cara  menciptakan permintaan atas produk tersebut. Nilai produk yang terjual otomatis lebih tinggi daripada produk yang tidak laku terjual. Tahap terakhir adalah layanan purnajual (services) dengan tujuan untuk menjaga kepuasan konsumen dan kualitas produk tersebut (5) Semua rangkaian aktivitas utama ini ditujukan untuk meningkatkan peluang keuntungan atas produk yang dihasilkan. Aktivitas pada value chain didasari atas filosofi bahwa keuntungan (profit) yang didapat sangat ditentukan oleh sejauh apa perusahaan dapat melakukan penghematan (cost) dan meningkatkan nilai produk (added value) pada semua rantai proses bisnis yang terjadi.

        Aktivitas-aktivitas utama tersebut memerlukan serangkaian aktivitas pendukung yaitu :

        1.    Procurement

        Aktivitas yang berhubungan dengan pembelian bahan-bahan yang diperlukan untuk mendukung proses utama.

        2.    Technology Development (riset dan pengembangan teknologi )

        Aktivitas yang dapat diasosiasikan dengan usaha untuk meningkatkan produk dan proses

        3.    Human Resource Manajement

        Aktivitas pengelolaan sumber daya manusia, mulai dari pengadaan karyawan baru,jenjang karir, pelatihan,pengembangan,dan penggajia.

        4.    Infrastructure (keuangan,akuntansi,dan manajemen)

        Aktivitas yang mendukung tersedianya infrasturktur perusahaan yang meliputi manajamen,perencanaan,keuangan,akuntansi,hukum,hubungan dengan pemerintahan dan manajemen kualitas.

        Jawaban Soal 2

        Posisi opensource ERP Jika dibandingkan dengan packaged ERP (SAP,ORACLE,MICROSOFT) jika digunakan pada organisasi.

        Pengertian Open Source pada software ERP ini mengandung arti :

        ·         Bebas biaya redistribusi,termasuk menjual atau menggunakan beberapa bagian komponennya.

        ·         Kode program tersedia dalam bentuk yang dapat dibaca (readable)

        ·         Pekerjaan lanjutan yang dilakukan pada software tersebut harus dilaksanakan dengan kondisi yang sama seperti software aslinya

        ·         Menjaga integritas penulis program

        ·         Tidak ada diskriminasi terhadap orang atau kelompok tertentu

        ·         Distribusi lisensi (tidak diperkenankan mengunci software)

        ·         Lisensi tidak diberikan spesifik pada produk tertentu

        ·         Lisensi tidak membatasi software lainnya

        ·         Lisensi harus bersifat netral terhadap teknologi tertentu

        Lisensi aplikasi yang memenuhi kategori di atas dapat dikelomppokkan sebagai aplikasi open source yang mendapat sertifikasi dari OSI

        Aplikasi jenis open source seperti ini sebetulnya sangat efektif untuk mengurangi biaya pembelian dan beberapa diantaranya bahkan sudah ada yang dimodifikasi untuk kemudian dijual sebagai aplikasi komersial.

        Meskipun tidak ada biaya pembelian,tingkat kesulitan serta tahapan implementasi aplikasi ini tetap sama seperti halnya aplikasi komersial. Lebih sulit lagi, karena bersifat open source maka implementasinya menjadi tanggung jawab penuh perusahaan yang ingin menggunakannya. Artinya, ketika kita memutuskan untuk memilih aplikasi open source maka kita akan menerima tanggung jawab penuh atas seluruh proses implementasi mulai dari analisis kebutuhan,pemilihan modul, strategi implementasi,modifikasi pemeliharaan dsb.

        Jawaban Soal 3  

        Tahapan dalam Implementasi ERP dalam sebuah perusahaan

        Tahap 1 :  PERENCANAAN ; Langkah awal implemtasi adalah membentuk komite pengarah tugasnya mengidentifikasi tujuan utama dan ruang lingkup proyek ERP, menentukan manajer proyek dan anggota tim lainnya untuk membangun sistem. Tugas tim proyek pada fase ini ;

        •  Mendefinisikan masalah dan menentukan ruang lingkup
        • Mengevaluasi alternatif pendekatan pada ERP, misalnya berupa solusi kostomisasi dan memilih salah satu solusi di fase awal.
        • Membuat jadwal dan anggaran proyek dan melaporkan temuan kepada komite pengarah baik secara tertulis maupun lisan

        Tahap 2 : ANALISIS ; Pada fase komite pengarah telah sepakat untuk menjalankan proyek implementasi ERP dan menentukan pendekatan yang akan dilakukan. Setelah semua kebutuhan didefenisikan kemudian mengevaluasi vendor.  Tanggung jawabnya adalah mengidentifikasi inisiatif rekayasa ulang prose bisnis berdasarkan paket software yang dipilih dan melakukan kerjasama dengan berbagai fungsi terkait. Setelah memilih vendor maka perwakilan dari vendor tersebut dapat dilibatkan pada proses analisis.Pada fase terakhir analisis idealnya dihasilkan sebuah prototype sistem ERP diberbagai area untuk menyimulasikan dan menunjukkan integrasi antar modul  kepada user dan identifikasi kebutuhan laiinya.

        Tahap 3 : DESAIN ; pada tahap ini desain dimulai setelah perusahaan memutuskan vendor mana yang dipilih. Pada fase ini end user harus mendapatkan latihan intensif atas paket-paket ERP agar mereka siap menggunakan sistem yang baru. Selama fase desain mungkin juga terjadi beberapa rekayasa ulang proses bisnis dalam tingkatan yang lebih rinci.

        Tahap 4 : IMPLEMENTASI; Setelah perusahaan menentukan paket software yang akan digunakan dan di kostumisasi, fase berikutnya adalah melakukan konstruksi. Setelah modol selesai dikonfigurasi dan diintegrasikan dengan komponen dan program laiinya fase selanjutnya sama seperti fase proyek pada umumnya. Selama fase ini rencana ulang proses bisnis diterapkan. Untuk mendukung implementasi ini biasanya diterapkan beberapa prosedur kerja baru.

        Tahap 5 : DUKUNGAN TEKNIS ; tujuan fase ini adalah untuk menjamin keberhasilan sistem jangka pendek dan sistem jangka panjang. Elemen penting lainnya adalah pemeliharaan sistem ERP. Pemeliharaan adatif diperlukan jika terjadi, misalnya up grade versi paket atau terjadi kontumisasi berupa penambahan, untuk memenuhi kebutuhan yang terindentifikasi kemudian. Pemeliharaan perfektif diperlukan misalnya untuk menjaga kinerja sistem agar tetap optimal.

        Senin, 02 Maret 2009

        Open Resources ERP - Engennering

        Supporting Participatory Requirement Engineering in
        an ERP Software Community

        Abstract. The paper presents a prototype1 aiming to widen user participation in requirement engineering for an open source ERP software company. The prototype utilizes a set of templates in a wiki system to allow community participation, and yet maintain necessary processes and models in the software development. The prototype informs developers about the ongoing work of others, in part to avoid conflicts. An XML-based infrastructure is being developed to improve interoperability with other tools such as discussion forums, issue tracking and documentation systems, to further utilize community efforts in software development.

        Keywords: requirement engineering, participatory, community, collaboration.

        1 Introduction
        Participatory and collaborative software engineering has drawn much attention in recent years [1]. In fact, requirement engineering is participatory by its nature. Requirements engineering consists of the cohesive collection of all tasks performed by various stakeholders related to the identification, analysis, specification, and management of requirements [2]. Requirements engineering is the key bridge between users, system analysts, developers and other stakeholders of a software system. As software becomes the core of business processes, and software development becomes an integral part of the global economy, the roles of users, system analysts and other stakeholders are continuously blended.
        With the increasing use of packaged software and industry acceptance of interorganizational collaboration, the “participatory” need of requirement engineering has to be stressed. Compared to proprietary systems, off-the-shelf software packages have much larger stakeholder communities. Information sharing, reuse and web collaboration have gained industry acceptance and even become part of the industry culture, as evident from active user groups and discussion forums in many commercial software communities and the success of open source software. However, the existing collaboration tools for requirement engineering do not always scale to support larger stakeholder communities. The rapid advance of technology (such as Unified Modeling Lanugage) and the deployment cost of software tools often raise the barrier of entry for participation. 
        This paper presents a prototype developed to support participatory requirement engineering for an open source ERP software company. The prototype aims to widen and utilize community participation. In the following sections, I first review a research roadmap for collaboration in software engineering, which will be used as a framework in subsequent discussion. Then I describe the software company and its needs for collaboration tools when trying to widen community participation in requirement engineering. I will present the prototype and preliminary results. The paper is concluded with a discussion of the next steps.

        Please for more than clear and specific : Click Here !!!

        Minggu, 01 Maret 2009

        Affiliatie Marketing

        Klick Here Belajar Internet Marketing : http://www.CepatPintar.com

        $6.00 Welcome Survey After Free Registration!









        Challenge Market in Indonesia for Vendor ERP

        Enterprise Systems Software in Business School
        Curriculum – Evaluation of Design and Delivery

        ABSTRACT
        Considering the increasing importance of enterprise systems in business, and their pedagogical value in demonstrating business process orientation and concepts of integration, several universities have incorporated popular enterprise system (ES) software products such as SAP R/3 into their business school curricula. This paper describes an attempt at that integration and reports on the evaluation of the curriculum design and instructional strategies employed and the perceived knowledge gain. Based on the self-assessment of students’ knowledge and students’ perception of various aspects of the curriculum design and delivery, the effectiveness of the course was analysed. Analysis revealed that the students had perceived a significantly higher level of knowledge gain during the course on the knowledge domains such as implementation of enterprise systems and SAP software skills than on others such as interface knowledge and management knowledge. Expansion of the curriculum to enhance the depth of the SAP skills, more guest lectures to bring real-world experiences into the class room, integrated project that requires application of conceptual as well as technical (software) skills of students, more case studies that deal with postimplementation issues, better alignment of this course curriculum with other pre-requisite courses, and improvement in the knowledge of academic staff and their access to students are some of the potential improvements emerging from this study. The study also noted significant differences between Commerce and Information Technology (IT) students with IT students more satisfied with the course than the Commerce students.

        Keywords: Enterprise Systems, Business Curriculum, Design, Evaluation, SAP

        1. INTRODUCTION
        Universities are generally criticised for lagging behind businesses in the adoption of new technologies in general and information technologies in particular. The integration of information technologies into the business school curricula in the past concentrated on imparting IT skills to students and/or using it as a technology based aid for improving the teaching and learning effectiveness and efficiencies. Enterprise resource planning (ERP) systems, also known as enterprise systems (ES) are one of the major technologies in recent times that had a significant impact on business organisations. Though the ability of enterprise systems (ES) in teaching concepts of cross-functional integration, are well recognised and discussed in the academic literature, many business schools/faculties are slow in incorporating these latest software products in their curricula. Enterprise systems, by their multi-dimensional, integrative and normative nature, offer the depth of functionality and breadth of integration required for managing global operations of business organisations today. These systems create new, hitherto unknown opportunities for demonstrating powerful concepts of business process integration (Fedorowicz et al, 2004) and may contribute to imparting innovative integrative skills to business graduates (Cecez-Kecmanovic et al, 2002). They are expected to enable a change in the delivery of business education from a functional orientation to a business process orientation and lead to the integration of curriculum across functions (Becerra-Fernandez et al, 2000; Johnson et al, 2004). In fact, long after their ‘state-of-the-art’ status, enterprise systems software solutions are expected to provide a sound pedagogical basis for teaching the concept of ‘integration’ and ‘business process orientation’ to business graduates (Joseph & George, 2002).
        Incorporating SAP R/3 or any such ES software into business school curricula is considered difficult and challenging (Noguera & Watson, 2001; Seethamraju, 2004a). Though several universities have incorporated ES software into their business curricula, the extent and nature of such integration is different from one university to another. While some have incorporated ES software into one subject, others have designed a full-fledged program around enterprise systems. This paper reports on one such attempt by a large business school in Australia and analyses the effectiveness of curriculum design, delivery, administration and pedagogical issues.

        Please for more than clear and specific : Cklik Here